Senin, 22 April 2019

Sejarah Masjid Agung Malang - Masjid adalah sebuah institusi amat penting dalam kehidupan umat Islam. Selain itu, masjid merupakan sarana keagamaan yang memiliki makna strategis bagi umat Islam, tidak saja dalam masalah ritual keagamaan tapi juga berkaitan dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan, sosial dan budaya dalam arti luas.

Sebagai masjid utama di Kota Malang, Masjid Agung Jami’ yang terletak di Jalan Merdeka Barat No 3 Malang juga tidak lepas dari fungsi-fungsi tersebut.  Apalagi posisi Masjid Agung Jami’ Malang yang awal berdirinya bernama Masjid  Jami’ itu letaknya cukup strategis dipusat kota. Tepatnya di sebelah barat alun-alun pusat kota Malang. Di sebelah selatan masjid terdapat bangunan Bank Mandiri (eks. Bank Bumi Daya) dan di sebelah utara terdapat bangunan kantor Asuransi Jiwasraya.
Sejarah Masjid Agung Malang
Masjid Agung Jami’ Malang didirikan pada tahun 1890 M di atas tanah Goepernemen atau tanah negara sekitar 3.000 m2. Menurut prasasti yang ada, Masjid Agung Jami’ dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun tahun 1890 M, kemudian tahap kedua dimulai pada 15 Maret 1903, dan selesai pada 13 September 1903. Bangunan masjid ini berbentuk bujursangkar berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua, dan sampai saat ini bangunan asli itu masih dipertahankan keberadaannya.

Ditinjau dari bentuknya, Masjid Agung Jami’ Malang mempunyai dua gaya arsitektur, yaitu arsitektur Jawa dan Arsitektur Arab. Gaya arsitektur Jawa terlihat dari bentuk atap masjid bangunan lama yang berbentuk tajug. Sedangkan gaya arsitektur Arab terlihat dari bentuk kubah masjid pada menara masjid dan juga konstruksi lengkung pada bidang-bidang bukaan (pintu dan jendela).

Pada dasarnya seluruh bagian bangunan Masjid Agung Jami’ Malang mulai batas suci adalah sakral. Hal ini tersirat dengan adanya perbedaan peil lantai yang terlihat mencolok, dimana bagian lantai bangunan yang sakral kurang lebih 105 cm dari muka tanah bangunan di sekitarnya. Di bagian mihrab (tempat imam) lebih sakral lagi, hal ini tersirat dengan peninggian peil lantai pada bagian tersebut. Bahkan sampai sekarang di belakang mihrab masih ada beberapa makam leluhur pendiri masjid.

Menurut Drs HM Kamilun Muhtadin, Ketua II Takmir Masjid Agung Jami’ Malang, konon di Jawa Timur masih ada tiga masjid yang mempunyai ‘kharisma’ atau tempat mustajabah (beberapa orang menyebut mempunyai ion, red.). Bila kita beri’tikaf akan menemukan kedamaian dan ketenangan hati, dan jika kita berdo’a di tempat itu insya Allah dikabulkan. Tiga masjid yang dimaksud adalah Masjid Ampel Surabaya, Masjid Jami’ Pasuruan dan Masjid Agung Jami’ Malang.

Seperti di Masjid Agung Jami, beberapa kiai atau tokoh sepuh jika melakukan I’tikaf itu memilih di sekitar tiang bangunan utama atau di cagak besar bagian tengah, kata HM Kamilun Muhtadin. Maklum, lanjut Kamilun, tiang besar berjumlah empat buah  terbuat dari kayu jati dan 20 tiang/kolom yang bentuknya dibuat  mirip dengan kolom asli itu, dibangun dengan penuh tirakat dan keihlasan para pendirinya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun bukan berarti para penerusnya jauh dari rasa keikhlasan ataupun tirakat. Memperhatikan sejarah tersebut, meski sekarang Takmir Masjid Agung Jami’ Malang saat ini sedang melakukan renovasi, dan pengembangan masjid, bangunan yang didirikan sekitar tahun 1890-an itu akan tetap dilestarikan.

Sejarah Masjid Agung Malang
Masjid Agung Malang merupakan sebuah masjid yang terletak di Malang, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1890 dan selesai pada tahun 1903. Masjid ini berbentuk bujur sangkar berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua. Sampai saat ini, bangunan aslinya masih dipertahankan.

Masjid Agung Jami’ Malang didirikan pada tahun 1890 M di atas tanah Goepernemen atau tanah negara sekitar 3.000 m2. Menurut prasasti yang ada, Masjid Agung Jami’ dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun tahun 1890 M, kemudian tahap kedua dimulai pada 15 Maret 1903, dan selesai pada 13 September 1903. Bangunan masjid ini berbentuk bujursangkar berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua, dan sampai saat ini bangunan asli itu masih dipertahankan keberadaannya.

Arsitektural Masjid Agung Jami Malang
Dari bentuknya, Masjid Agung Jami’ Malang mempunyai dua gaya arsitektur, yaitu arsitektur Jawa dan Arsitektur Arab. Gaya arsitektur Jawa terlihat dari bentuk atap masjid bangunan lama yang berbentuk tajug. Sedangkan gaya arsitektur Arab terlihat dari bentuk kubah pada menara masjid dan juga konstruksi lengkung pada bidang-bidang bukaan pintu dan jendela.

Bangunan Masjid ini di topang oleh empat sokoguru utama yang terbuat dari kayu jati dan 20 tiang yang bentuknya dibuat mirip dengan 4 kolom itu, dibangun dengan penuh tirakat dan keihlasan para pendirinya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meski Takmir Masjid Agung Jami’ Malang melakukan renovasi terhadap bangunan masjid bangunan asli masjid tetap dilestarikan.